Peninggalan sejarah Perpustakaan Iskandariah

Zaman kuno

Perpustakaan Iskandariah adalah salah satu perpustakaan terbesar dan paling bergengsi pada zaman kuno, tetapi perpustakaan ini bukanlah satu-satunya perpustakaan di dunia.[7][121][122] Pada akhir zaman Helenistik, hampir semua kota besar di kawasan Mediterania Timur memiliki perpustakaan umum, dan banyak kota berukuran sedang yang juga memiliki perpustakaan.[7][4] Pada zaman Romawi, jumlah perpustakaan terus bertambah.[123] Pada abad keempat Masehi, terdapat paling tidak dua lusin perpustakaan umum di Kota Roma.[123]

Pada akhir zaman kuno, ketika agama Kristen menyebar di KeMaharajaan Romawi, perpustakaan-perpustakaan Kristen dibangun dengan mengikuti model Perpustakaan Iskandariah di wilayah keMaharajaan yang berbahasa Yunani.[123] Contohnya adalah Perpustakaan Teologi Maharajaea Maritima, Perpustakaan Yerusalem, dan perpustakaan Kristen di Iskandariah.[123] Perpustakaan-perpustakaan ini menyimpan tulisan pagan dan Kristen,[123] dan para cendekiawan Kristen yang sedang mengkaji Alkitab menggunakan teknik filologi yang sama dengan teknik cendekiawan-cendekiawan di Perpustakaan Iskandariah dalam mengkaji teks-teks klasik Yunani.[123] Walaupun begitu, kajian Alkitab tetap diutamakan oleh mereka hingga masa Renaisans.[123]

Namun, naskah-naskah kuno terus diturunkan hingga zaman moden bukan berkat keberadaan perpustakaan-perpustakaan besar, tetapi justru karena naskah-naskah tersebut terus disalin, pada mulanya oleh juru tulis profesional pada zaman Romawi dengan menggunakan papirus dan kemudian oleh para biarawan pada Abad Pertengahan dengan menggunakan perkamen.[1][124]

Bibliotheca Alexandrina

bahagian dalam Bibliotheca Alexandrina.

Gagasan untuk membangkitkan kembali Perpustakaan Iskandariah pada zaman moden pertama kali dicetuskan pada tahun 1974 ketika jabatan kepala Universitas Iskandariyah dipegang oleh Lotfy Dowidar.[125] Pada Mei 1986, Mesir meminta kepada Badan Eksekutif UNESCO untuk melakukan kajian kelayakan.[125] Maka dimulailah keterlibatan UNESCO dan komunitas internasional dalam upaya untuk mewujudkan proyek ini.[125] Pada tahun 1988, UNESCO dan UNDP menggelar sayembara arsitektur internasional untuk merancang gedungnya.[125] Sementara itu, Mesir menyiapkan empat hektare lahan untuk gedung perpustakaannya dan juga mendirikan Komisi Tinggi Nasional untuk Perpustakaan Iskandariah.[126] Presiden Mesir Hosni Mubarak sendiri sangat tertarik dengan proyek ini, alhasil proyek ini terus mengalami kemajuan.[127] Proyek ini akhirnya dituntaskan pada tahun 2002, dan Bibliotheca Alexandrina kini berfungsi sebagai perpustakaan moden dan pusat kebudayaan. Di perpustakaan ini juga terdapat International School of Information Science (ISIS), yaitu sekolah yang menawarkan pendidikan pascasarjana untuk petugas perpustakaan profesional.[128]

Rujukan

WikiPedia: Perpustakaan Iskandariah https://books.google.be/books?id=LTwVAAAAQAAJ&prin... https://books.google.be/books?id=RVqIDwAAQBAJ&prin... https://www.open.edu/openlearn/ocw/pluginfile.php/... https://books.google.com/books?id=TT8BAwAAQBAJ&pri... https://books.google.com/?id=RVvdDgAAQBAJ&pg=PT57&... https://books.google.com/?id=T6t44B0-a98C&pg=PA59&... https://books.google.com/?id=ECBkVPQkNSsC&printsec... https://books.google.com/books?id=Gz2wCQAAQBAJ&pg=... https://books.google.com/?id=6GESDAAAQBAJ&pg=PA5&d... https://books.google.com/?id=7EloAAAAMAAJ&q=